Senin, 09 Juni 2008

Hati Ibunda

Hati ibunda adalah hati penuh cinta dan pengorbanan. Ia rela menggadaikan waktu tidur dan istirahatnya demi si buah hati. Tak apalah ia menggung lapar dahaga, asalkan si kecil kenyang dan tidur nyenyak. Ia sanggup menahan derita, tapi tak rela si buah hati menderita. Itulah hati ibunda.
Citna seorang ibu adalah kuasa ilahi. Nurani seorang ibu adalah sunatullah. Duka anak adalah duka ibunda. Gembira si buah hati adalah penyala pelita hati ibunda. Lalu, ketika Allah justru menguji seorang perempuan lewat sisi hati ibunda, apa yang terjadi? Terkaparkah ia pada tangga ujian? Ataukah ia melauinya dengan mulus?
Di suatu masa, seorang perempuan bani israil yang baru saja melahirkan menerawang di sudut kamarnya yang gelap. Tanganya mendekap erat seorang bayi laki-laki sehat nan gagah. “ bagaimana mungkin kubiarkan firaun durjana akan memenggal lehernya’pilu hati Yukabad. Air bening menganak sungai melewati keuda pipinya, jatuh menetesi kening sang bayi. Mata dan bibir bayi itu tersenyum. Yukabad makin terisak. Air mata Yukabad kembali berderai kala aliran suangai Nil membaw peti berisi bayi merah yang amat dicintainya. Sesak dan sakit yang perih menyayat menorehkan luka dihatinya. Itulah hati ibunda. Penuh cinta yang tak terukur.
Dalam episode lain, seorang perempuan menghadapi parit api menyala-nyala, menyambar-nyambar. Demi agidahnya, ia rela mengobankan jiwa raga. Matanya bertumpu pada bayi dalam buaian. Nyaris ia berpaling. Tapi bayi dalam dekapan itu memberinya kekuatan untuk pantang mundur. Hujan air mata mengiri langkahnya memasuki parit api. Itulah hati ibunda.
Seringkali Allah menguji kita, kaum perempuan, lewat rasa dan naluri keibuan kita. Seperti saat ini, berapa banyak perempuan yang tengah diuji Allah. Jutaan anak terlantar sekolahnya, jutaan anak tak tercukupi gizinya. Inilah ujian keimanan. Sebagai ujian, alalh memang menuntut yang teraik dari yang kita miliki. Hari ini kita dituntu’mengorbankan’ anak-anak kita. Bila kita dapat bertahan seperti Yukabad, khodijah atau hajar, yakinlah, Allah pasti membayar tunai pengorbanan itu. Bila kita gagal dan berpaling, tunggulah sampai Allah menyelesaikan urusanNya.

Tidak ada komentar: